Sabtu, 29 Desember 2012

Ibnu Qayyim berkata: “Apabila hati di hadirkan dalam berdo’a, dengan tata cara yang benar serta tepat pada waktu-waktu mustajab yang berjumblah enam, yaitu: sepertiga malam yang terakhir, ketika di kumandangkannya adzan, saat antara adzan dan iqamah, di ujung setiap shalat fardhu (sebelum salam), saat imam naik mimbar untuk berkutbah pada hari jum’at hingga selesai shalat dan waktu-waktu akhir setelah shalat ashar pada hari jum’at tersebut, kemudian berdo’a dengan hati yang khusyu, tunduk dan merendahkan diri dihadapan Rabb, dikerjakan dengan menghadap kiblat, dalam keadaan suci dengan mengangkat kedua tangan kepada Allah, dimulai dengan memuji Allah dan menyanjungNya, dilanjutkan dengan bacaan shalawat atas Nabi Muhammad SAW sebagai hamba dan RasulNya, di iringi dengan pengajuan taubat dan istighfar dan mulai memohon  kepada Allah serta di lakukan berulang kali, di lantunkan dengan penuh perasaan senang apabila segera dikabulkan dan khawatir apa bila sebaliknya, di barengi dengan tawasul (berdo’a kepada Allah melalui suatu perantara, baik tawasul tersebut berupa amal baik kita ataupun melalui orang shaleh yang kita anggap mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah) dengan nama-namaNya, sifat-sifatNya dan tauhid kepadaNya, kemudian diiringi pula dengan pemberian sedekah, maka do’a yang dilakukan sedemikian rupa sangat mungkin untuk tidak tertolak selamanya. Apalagi, jika memanjatkan dengan lafazh do’a yang Nabi SAW menyebutnya sebagai do’a yang makbul, atau do’a yang mengandung Al-Ismul A’zham (nama Allah yang maha agung).


Di antaranya adalah do’a yang diriwayatkan dalam kitab-kitab Sunan dan Shahih Ibnu Hibban, dari hadits Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, bahwasahnya Rasulullah SAW mendengar seorang lelaki berdo’a:

اَللّٰهُمَّ إِنِّىْ اَسْأَ لُكَ بِأَنِىْ أَشْهَدُأَنَكَ اللهُ لاَإِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ، اْلأَحَدٌالصَّمَدُالَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدُ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu dengan bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak di sembah melainkan Engkau, Yang Maha, Esa, Yang segala sesuatu bergantung kepadaNya. Dia tidak beranak dan tiada pula di peranakan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan dia.”

Maka beliau SAW bersabda:

لَقَدْسَأَ لَ اللهَ بِالْإِسْمِ الَّذِيْ إِذَاسُئِلَ بِهِ أَعْطَى، وَ إِذَادُعِيَ بِهِ أَجَابَ.

“Sungguh ia telah memohon kepada Allah dengan menyebut suatu nama yang apabila nama itu disebutkan ketika meminta niscaya akan diberi dan apabila nama itu disebut saat berdo’a niscaya do’anya akan terkabul.”

Dalam riwayat lain disebutkan:

لَقَدْ سَأَلَ اللهَ بِاسْمِهِ اْلأَعْظَمِ.

“Sungguh ia telah meminta dengan menyebut Al-Ismul A’zham.” (H.R. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban).

Dalam Ash-shahihain dari riwayat Ibnu Abbas disebutkan bahwa Rasulullah SAW berdo’a ketika dalam kesusahan dengan mengucapkan:

لاَإِلَهَ اِلاَّ اللهَ الْعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ لاَإِلَهَ اِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ لاَإِلَهَ اِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ اْلأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ.

“Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah yang Maha Agung dan Maha Lembut, tiada tuhan yang berhak disembah selain Rabb Arsy yang Maha Agung, tiada tuhan yang berhak disembah selain Rabb langit, bumi dan Rabb Arsy yang Maha Mulia.” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).

Beberapa hal yang menghalangi do’a, di antaranya:

Tergesa-gesa dalam berdo’a dan merasa do’anya tidak terkabulkan sehingga bosan berdo’a dan meninggalkannya sebagaimana orang yang menaburkan benih atau menanam tanaman, maka apabila menginginkan hasilnya hendaknya ia merawatnya dan menyiraminya. Adapun bila ia tidak menginginkan hasilnya, ia akan meninggalkan tanamannya dan tidak merawatnya.

Dalam kitab shahih Al-Bukhari diriwayatkan dari hadits Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:

يُسْتَجَا بُ لِأَ حَدِ كُمْ مَالَمْ يُعَجِّلْ يَقُوْلُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِىْ.

“Akan di kabulkan bagi kalian selama tidak tergesa-gesa dengan berkata: ‘Saya telah berdo’a tapi tidak di kabulkan bagiku’.”

Barangsiapa mengucapkan do’a, berarti ia telah menginginkan terkabulnya do’a tersebut. Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ اُدْعُوْنِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Dan Rabbmu berfirman: ‘Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.” (Ghafir: 60)

Dan berfirman:

سَأَ لَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِبٌ أُجِيْبُ دَعْوَةَ اُلدَّاعِ إِذَدَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْالِى وَلْيُؤْمِنُوْاْبِى وَ إِذَا  

“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasahnya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo’a apabila ia berdo’a kepadaKu.” (Al-Baqarah: 186)

Disadur dari kitab Al-Jawabul Kafi Liman Sa’ala ‘Anid Dawa’isy Syafi
Di salin dari buku Taman Orang Yang Di cintai. Mutiara hikmah Ibnu Qayyim Al-Jauziah